-->

Ada sebuah kawasan unik yang terletak di Papua bernama hutan perempuan. Sesuai namanya hutan tersebut sangat dilarang untuk dimasuki oleh pria alias laki-laki. Sebagaimana Mengutip dari Imaji Papua.

Hutan perempuan yang sangat dilarang dimasuki oleh sejumlah kaum laki-laki ini sebenarnya terletak di daerah Teluk Yotefa. Dengan luas berkisar 8 hektar yang merupakan hak ulayat dari suku asli yang bermukim pada kampung Engross.

Umumnya masyarakat alias kaum perempuan yang mendiami kawasan tersebut mencari kerang atau bia, sebagai konsumsi sehari-hari. Tetapi dari segi cara untuk melakukan pencarian tersebut juga dinilai sangat unik.

Lantaran umumnya dilakukan tanpa busana. Hal ini karena jika perempuan menggunakan pakaian alias busana saat mencari berbagai kerang ini malah hanya akan membuat badannya merasa gatal. Hal ini jugalah yang menjadi dasar mengapa seorang pria tidak boleh berkeliaran bebas pada hutan perempuan ini.

Salah seorang masyarakat lokal, yang kebetulan saat itu sedang mencari bia alias kerang ini bercerita. Bahwa hutan tersebut sudah otomatis tidak bisa dimasuki oleh laki-laki.

Maka dari itu jika pun memang ada yang nekat mendatangi area hutan perempuan ini tapi ketika mendengar suara seorang perempuan. Maka diwajibkan bagi laki-laki tersebut untuk segera menjauh dan tidak menampakkan wajahnya.

Dilarang Untuk Laki-laki

Karena jika melanggar hal tersebut berarti seorang laki-laki itu harus membayar denda karena melanggar peraturan yang ada. Tidak hanya itu hutan perempuan tersebut juga ikut dilindungi dengan adanya prinsip hukum ada.

Bahkan bisa disebut bahwasanya hutan mangrove yang juga disejuluki sebagai hutan perempuan ini memang tidak boleh dimasuki oleh laki-laki. Lantaran itu merupakan ladang alias kawasan bagi para perempuan untuk mencari nafkah dan sumber kehidupan yaitu berupa makanan seperti kerang udang dan lain sebagainya.

Maka untuk itu masyarakat setempat selalu bekerja sama untuk menjaga hal tersebut tetap berjalan semestinya. Serta membuat para wanita yang bekerja pun merasa nyaman saat mencari berbagai penghasilan.

Bahkan sebagian orang merasa jika itu ibaratnya mall alias pusat ekonomi yang menjadi sumber kehidupan dari masyarakat setempat. Khususnya bagi kaum perempuan untuk warga kampung Engross.